Topik Kontroversial


Prognostikasi tetap menjadi topik kontroversial dalam perawatan paliatif karena melibatkan memprediksi perjalanan penyakit dan memperkirakan harapan hidup pasien. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prognosis pasien, dan sulit untuk membuat prediksi yang akurat. Selain itu, prognostikasi dapat memiliki implikasi emosional dan psikologis yang signifikan bagi pasien dan keluarga mereka, dan waktu serta penyampaian informasi prognostik dapat menjadi isu yang sensitif.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa ramalan dapat mengarah pada "ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya" atau berdampak negatif pada kualitas hidup pasien dengan menyebabkan mereka kehilangan harapan. Ada juga potensi prognostikasi untuk mempengaruhi keputusan pengobatan, seperti keputusan untuk melakukan perawatan agresif atau paliatif.

Mungkin ada perbedaan dalam cara penyedia layanan kesehatan mendekati ramalan, dengan beberapa penyedia lebih bersedia mengungkapkan prognosis yang buruk daripada yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakkonsistenan informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya, yang dapat membingungkan dan menyusahkan. Secara keseluruhan, sementara prognostikasi merupakan aspek penting dari perawatan paliatif, penting untuk mendekatinya dengan kepekaan dan mengenali potensi keterbatasan dan implikasinya.

 

Penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi cara meningkatkan keakuratan dan ketepatan perkiraan dokter, khususnya dalam perawatan paliatif. Ini termasuk:

  • Menggunakan alat penilaian standar: Ada beberapa alat yang tersedia yang dapat membantu dokter menilai prognosis pasien dengan lebih akurat. Ini termasuk Skala Kinerja Paliatif (PPS) dan Skor Prognostik Paliatif (skor PaP).
  • Menggabungkan ukuran objektif: Ukuran objektif, seperti nilai laboratorium, studi pencitraan, dan penilaian status fungsional, dapat membantu meningkatkan akurasi ramalan. Misalnya, tingkat albumin pasien dapat digunakan sebagai prediktor kelangsungan hidup pasien dengan kanker stadium lanjut.
  • Menggunakan model prediktif: Model prediktif, seperti Palliative Prognostic Index (PPI), dapat membantu meningkatkan akurasi ramalan dengan mempertimbangkan beberapa faktor prognostik.
  • Berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya: Kolaborasi antara profesional kesehatan, seperti dokter, perawat, dan pekerja sosial, dapat membantu meningkatkan akurasi ramalan dengan memberikan penilaian kondisi pasien yang lebih komprehensif.
  • Memperbarui perkiraan secara teratur: Perkiraan prognostik harus diperbarui secara teratur berdasarkan perubahan kondisi pasien dan respons terhadap pengobatan.


Terlepas dari upaya ini, prognostikasi tetap merupakan tugas yang kompleks dan menantang dalam perawatan paliatif, dan masih banyak yang harus dipelajari tentang cara meningkatkan akurasi dan presisinya. 


Agar berada dalam posisi yang lebih baik untuk memberikan prognosis yang lebih akurat kepada pasien, dokter dapat menggunakan berbagai alat dan teknik. Misalnya, mereka dapat menggunakan model prediksi klinis atau nomogram yang telah dikembangkan untuk penyakit atau kondisi tertentu untuk memperkirakan kemungkinan kelangsungan hidup atau hasil lainnya. Model ini memperhitungkan berbagai karakteristik pasien seperti usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan nilai laboratorium untuk menghasilkan prediksi yang dipersonalisasi.

Selain model prediksi, dokter juga dapat menggunakan berbagai skala status kinerja seperti Status Kinerja Karnofsky atau Status  Eastern Cooperative Oncology Group  (ECOG) untuk menilai status fungsional pasien dan menentukan dampak penyakit pada aktivitas sehari-hari mereka. Ini juga dapat membantu dalam memprediksi kelangsungan hidup.

Penting untuk dicatat bahwa alat dan teknik ini tidak sempurna dan harus digunakan sebagai panduan daripada prediksi absolut. Keakuratan dan ketepatan perkiraan juga dapat bergantung pada keadaan dan lintasan penyakit masing-masing pasien. Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk menilai kembali dan memperbarui prognosis secara teratur seiring dengan perubahan kondisi pasien.


Meskipun upaya berkelanjutan untuk meningkatkan akurasi dan ketepatan ramalan dalam perawatan paliatif, prediksi yang cukup tepat untuk mendorong rencana pengobatan tetap sulit dipahami. Ada beberapa alasan untuk ini.

Pertama, prognostikasi secara inheren kompleks dan multifaktorial, karena melibatkan pertimbangan berbagai faktor spesifik pasien yang dapat memengaruhi perkembangan penyakit dan respons pengobatan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi usia pasien, komorbiditas, stadium penyakit, status fungsional, dukungan sosial, dan ketahanan psikologis.

Kedua, banyak alat dan model yang saat ini tersedia untuk prognostikasi didasarkan pada analisis data retrospektif, dan mungkin tidak secara akurat mencerminkan heterogenitas populasi pasien dalam pengaturan klinis dunia nyata. Selain itu, alat ini sering mengandalkan algoritme statistik yang sulit diinterpretasikan dan diterapkan dalam praktik klinis.

Ketiga, prognostikasi secara inheren tidak pasti, dan dokter mungkin mengalami kesulitan mengkomunikasikan ketidakpastian ini kepada pasien dan keluarga dengan cara yang berarti. Ada juga potensi informasi prognostik untuk disalahartikan atau disalahpahami oleh pasien dan keluarga, yang menyebabkan tekanan yang tidak semestinya atau keputusan pengobatan yang tidak tepat.

Secara keseluruhan, sementara ada beberapa kemajuan yang menjanjikan dalam penelitian prognostikasi dalam beberapa tahun terakhir, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan akurasi, presisi, dan kegunaan klinis dari informasi prognostik dalam perawatan paliatif.


Model yang memprediksi kelangsungan hidup harus dianggap seperti tes diagnostik lainnya, karena memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi, dan hasilnya harus ditafsirkan dalam konteks keadaan individu pasien. Kinerja model ini dapat ditingkatkan dengan memasukkan berbagai faktor spesifik pasien, seperti usia, komorbiditas, status fungsional, dan nilai laboratorium. Namun, bahkan dengan memperhitungkan faktor-faktor ini, masih ada tingkat ketidakpastian yang signifikan dalam memprediksi hasil pasien secara individu, dan model tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya dasar untuk keputusan pengobatan. Penilaian klinis dan penilaian ulang kondisi pasien tetap penting dalam memberikan perawatan yang optimal.


Meningkatkan probabilitas bertahan hidup pre-test dapat dicapai melalui beberapa cara. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat dan pedoman yang ada untuk memandu penilaian dokter, seperti skala Indeks Prognostik Paliatif (PPI) atau Status Kinerja (PS). Alat-alat ini telah dikembangkan dan divalidasi untuk membantu dokter memperkirakan kelangsungan hidup pasien perawatan paliatif berdasarkan berbagai faktor klinis.

Cara lain untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup pra-tes adalah dengan mendapatkan riwayat medis yang komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, termasuk studi laboratorium atau pencitraan yang relevan. Ini dapat membantu mengidentifikasi komorbiditas atau faktor lain yang dapat memengaruhi prognosis pasien.

Penting bagi dokter untuk terus menilai kembali dan memperbarui perkiraan prognostik mereka seiring dengan perubahan kondisi pasien dari waktu ke waktu. Komunikasi teratur dengan pasien dan keluarganya juga dapat membantu memastikan bahwa setiap orang memiliki pemahaman yang sama mengenai prognosis dan tujuan pengobatan pasien.


Penilaian klinis saja sudah cukup untuk mengakui kemungkinan kematian akibat penyakit di masa mendatang. Dalam banyak kasus, dokter mengandalkan pengalaman klinis dan pengetahuan mereka tentang riwayat kesehatan pasien untuk memperkirakan prognosis pasien. Pendekatan ini mungkin cukup dalam situasi di mana pasien memiliki penyakit terminal dengan harapan hidup yang terbatas.

Namun, untuk kasus yang lebih kompleks, di mana prognosisnya tidak pasti, alat dan pendekatan tambahan mungkin diperlukan untuk meningkatkan keakuratan prognosis. Ini mungkin termasuk penggunaan model dan alat prognostik, seperti Skor Prognostik Paliatif (skor PaP), yang dapat membantu dokter memperkirakan kelangsungan hidup pada pasien dengan kanker stadium lanjut. Selain itu, komunikasi terbuka dengan pasien dan keluarganya tentang prognosis dan kemungkinan hasil pengobatan dapat membantu memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang mereka inginkan dan butuhkan, dan bahwa keinginan mereka dihormati.

 

Setelah pasien memahami bahwa peluang mereka untuk bertahan hidup lebih dari 6 bulan kecil, mereka dapat mengubah perilaku perencanaan mereka dengan beberapa cara. Misalnya, mereka mungkin memilih untuk menghentikan perawatan agresif dan fokus pada manajemen gejala dan perawatan paliatif. Mereka mungkin juga mempertimbangkan untuk membuat rencana akhir hidup, seperti arahan di muka atau mendiskusikan keinginan mereka dengan orang yang mereka cintai. Pasien juga dapat memprioritaskan menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai, menyelesaikan tugas yang belum selesai, dan melakukan aktivitas yang memberi mereka kegembiraan dan makna. Selain itu, pasien mungkin mengalami tekanan psikologis dan emosional, seperti kecemasan, depresi, atau kesedihan, yang mungkin memerlukan perawatan suportif dari penyedia layanan kesehatan. Secara keseluruhan, memahami prognosis dapat membantu pasien dan keluarga mereka mempersiapkan masa depan dan membuat keputusan tentang perawatan mereka. 


Alih-alih prediksi waktu yang akurat, yang mungkin diperlukan adalah diskusi tentang tujuan perawatan, nilai dan preferensi pasien, dan kemungkinan manfaat dan beban dari berbagai pilihan perawatan. Ini dapat membantu pasien dan keluarga mereka membuat keputusan yang tepat tentang perawatan mereka dan membuat rencana yang sesuai. Selain itu, penilaian ulang dan penyesuaian rencana perawatan secara teratur mungkin diperlukan karena kondisi pasien berubah dari waktu ke waktu. Pendekatan ini konsisten dengan prinsip perawatan paliatif, yang berfokus pada optimalisasi kualitas hidup dan memberikan perawatan holistik kepada pasien dan keluarganya.


Mengkomunikasikan informasi prognostik kepada pasien membutuhkan keterampilan komunikasi yang hati-hati dan penuh kasih dari pihak dokter. Dokter harus jujur, akurat, empati, dan tetap berusaha menumbuhkan harapan. Mereka harus memastikan berapa banyak informasi yang diinginkan pasien dan apa yang sudah mereka ketahui sebelum menyampaikan berita tersebut.

Dokter harus mengomunikasikan prognosis dengan cara yang jelas dan ringkas, menghindari jargon medis dan menggunakan istilah yang dapat dipahami pasien. Penting untuk memberikan waktu kepada pasien untuk memproses informasi dan mengajukan pertanyaan. Dokter juga harus memberikan dukungan emosional dan tersedia untuk diskusi lebih lanjut atau untuk mengatasi masalah.

Komunikasi yang efektif dapat membantu pasien dan keluarga mereka membuat keputusan tentang perawatan mereka dan membantu mereka mempersiapkan masa depan. Ini juga dapat membantu membangun kepercayaan antara pasien dan dokter dan meningkatkan kualitas perawatan yang diberikan secara keseluruhan.


Prognostikasi penting dalam perawatan akhir hayat karena beberapa alasan. Pertama, ini dapat membantu pasien dan keluarga mereka membuat keputusan tentang perawatan mereka, seperti apakah akan melakukan perawatan yang agresif atau fokus pada perawatan yang nyaman. Kedua, ini dapat membantu mempersiapkan pasien dan keluarga untuk akhir hidup, memungkinkan mereka membuat pengaturan yang diperlukan dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang dicintai. Ketiga, ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan merencanakan dan memberikan perawatan yang tepat, seperti menyesuaikan obat, memberikan penanganan gejala, dan menawarkan dukungan emosional. Terakhir, ini dapat membantu memastikan bahwa pasien menerima tingkat perawatan yang sesuai di hari-hari terakhir mereka, seperti beralih ke perawatan hospis jika sesuai. Secara keseluruhan, ramalan yang akurat sangat penting untuk memberikan perawatan akhir kehidupan yang welas asih dan efektif.


Ketepatan perkiraan kelangsungan hidup dapat bervariasi tergantung pada alasan prognostikasi. Misalnya, jika tujuan prognostikasi adalah untuk menentukan kelayakan perawatan rumah sakit, ketepatan perkiraan mungkin tidak perlu setinggi jika tujuannya adalah untuk memandu keputusan perawatan atau menginformasikan perencanaan hidup pasien. Secara umum, ketepatan perkiraan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti informasi medis yang tersedia, stadium dan keparahan penyakit, serta status kesehatan pasien secara keseluruhan dan penyakit penyerta lainnya. Penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan alasan prognostikasi dan menyesuaikan pendekatan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan pasien dan keluarganya.


Penelitian telah menunjukkan bahwa dokter dan profesional kesehatan lainnya mungkin tidak terlalu akurat saat membuat perkiraan sementara pada masing-masing pasien, terutama dalam konteks perawatan akhir hayat. Namun, ada upaya untuk meningkatkan akurasi ini melalui pengembangan model prediktif dan alat bantu pengambilan keputusan, serta program pelatihan untuk dokter dalam prognostikasi.

Sementara upaya ini telah menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan, penting untuk menyadari bahwa ramalan tetap merupakan masalah yang kompleks dan multifaset. Faktor-faktor seperti preferensi pasien, perkembangan penyakit, dan pilihan pengobatan semuanya dapat mempengaruhi perkiraan kelangsungan hidup dan hasil akhir bagi pasien. Karena itu, penting bagi profesional kesehatan untuk mendekati prognostikasi dengan hati-hati, kasih sayang, dan komunikasi berkelanjutan dengan pasien dan keluarga mereka.


Pengalaman dapat meningkatkan keakuratan ramalan, tetapi hal ini dapat dipengaruhi oleh hubungan dokter-pasien. Penelitian menunjukkan bahwa dokter yang memiliki hubungan jangka panjang dengan pasiennya cenderung memiliki perkiraan prognostik yang lebih akurat daripada mereka yang tidak. Ini mungkin karena dokter yang memiliki hubungan lebih dekat dengan pasiennya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang nilai, preferensi, dan status kesehatan pasien secara keseluruhan. Selain itu, dokter yang memiliki hubungan jangka panjang dengan pasien mereka mungkin lebih bersedia untuk melakukan diskusi terbuka dan jujur ​​tentang prognosis dan perawatan akhir hidup, yang dapat menghasilkan perkiraan prognostik yang lebih akurat. Namun, penting untuk dicatat bahwa keakuratan ramalan masih terbatas, dan dokter harus selalu mendekati perkiraan ini dengan hati-hati dan empati.


Prediksi probabilistik, yang memberikan berbagai kemungkinan daripada satu hasil definitif, cenderung lebih akurat daripada perkiraan titik. Ini karena ramalan melibatkan faktor-faktor yang kompleks dan tidak pasti, dan sulit untuk membuat prediksi yang tepat dengan pasti. Dengan menyediakan berbagai kemungkinan, dokter dapat menyampaikan ketidakpastian yang terlibat dalam ramalan sambil tetap memberikan informasi yang berguna untuk pasien dan keluarga mereka. Selain itu, prediksi probabilistik dapat membantu dokter menghindari masalah terlalu percaya diri dalam prediksi mereka, yang dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan keputusan pengobatan yang tidak tepat.


Perkiraan klinis kelangsungan hidup merupakan indikator prognostik independen yang penting. Ini didasarkan pada penilaian klinis dokter, yang mempertimbangkan berbagai faktor seperti riwayat kesehatan pasien, stadium penyakit, komorbiditas, dan respons terhadap pengobatan. Perkiraan klinis kelangsungan hidup dapat memberikan informasi penting kepada pasien dan keluarga mereka, membantu mereka membuat keputusan tentang pilihan pengobatan dan perawatan akhir hidup. Sementara keakuratan perkiraan klinis kelangsungan hidup dapat bervariasi, mereka tetap menjadi alat penting untuk memandu perawatan pasien dan pengambilan keputusan.


Perkiraan klinis kelangsungan hidup, yang merupakan penilaian profesional kesehatan tentang berapa lama pasien diharapkan untuk hidup, merupakan indikator prognostik independen yang kuat. Ini berarti dapat memprediksi hasil pasien secara independen dari faktor lain. Faktanya, penelitian telah menunjukkan bahwa perkiraan klinis untuk bertahan hidup seringkali lebih akurat daripada faktor prognostik lain yang umum digunakan, seperti stadium tumor atau nilai laboratorium.

Perkiraan klinis kelangsungan hidup didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, studi pencitraan, dan respons terhadap pengobatan. Profesional perawatan kesehatan juga dapat mempertimbangkan usia pasien, status fungsional, dan komorbiditas (kondisi medis lain yang mungkin dimiliki pasien).

Meskipun perkiraan klinis untuk kelangsungan hidup tidak selalu akurat, perkiraan tersebut dapat memberikan informasi penting kepada pasien dan keluarga mereka dalam membuat keputusan tentang perawatan mereka. Ini juga dapat membantu profesional perawatan kesehatan merencanakan intervensi dan perawatan yang tepat, seperti hospice atau perawatan paliatif.


Secara umum, pasien dengan status kinerja yang buruk, yang merupakan ukuran seberapa baik pasien dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, memiliki waktu bertahan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang lebih fungsional. Status kinerja yang buruk sering dikaitkan dengan usia lanjut, komorbiditas, dan perkembangan penyakit. Ini adalah prediktor independen yang kuat untuk bertahan hidup pada banyak penyakit, termasuk kanker. Semakin baik status kinerja pasien, semakin besar kemungkinan mereka merespons pengobatan dan memiliki kelangsungan hidup yang lebih lama secara keseluruhan.


Gejala seperti anoreksia, sesak napas, dan kebingungan adalah prediktor penting bahwa seseorang mendekati akhir hidupnya dengan cepat. Gejala-gejala ini mungkin merupakan indikasi kegagalan organ atau penyakit sistemik, dan mungkin menunjukkan bahwa tubuh pasien tidak lagi mampu mempertahankan hidup. Menjelang akhir hidup, tubuh mungkin mulai mati, dan pasien mungkin mengalami peningkatan gejala, seperti nyeri, kelelahan, dan sesak napas. Kehadiran dan tingkat keparahan gejala ini dapat digunakan untuk membantu memprediksi berapa lama pasien akan hidup. Selain itu, pasien yang menderita kanker stadium lanjut, kegagalan organ, atau kondisi yang membatasi hidup lainnya memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Perkiraan klinis kelangsungan hidup adalah indikator prognostik independen yang kuat yang dapat membantu memprediksi berapa lama kemungkinan hidup pasien dengan penyakit lanjut.


Skor kualitas hidup (QOL) lebih kuat daripada skor Karnofsky Performance Status (KPS) atau laporan gejala dalam memprediksi kelangsungan hidup pada beberapa penelitian. Skor QOL menilai fungsi fisik, emosional, dan sosial pasien, serta gejala dan kualitas hidup secara keseluruhan. Skor QOL yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan waktu bertahan hidup yang lebih lama dalam beberapa penelitian, bahkan setelah mengontrol faktor lain seperti usia, stadium kanker, dan pengobatan. Skor QOL mungkin lebih komprehensif daripada skor KPS atau laporan gejala, memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kesehatan dan kesejahteraan pasien secara keseluruhan. Namun, penting untuk dicatat bahwa kekuatan prediksi skor QOL dapat bervariasi tergantung pada populasi yang diteliti dan instrumen QOL spesifik yang digunakan.


Model prognostik sederhana, andal, dan valid yang menggabungkan berbagai faktor telah dikembangkan untuk membantu prognostikasi pasien kanker yang sakit parah. Model ini sering menggunakan kombinasi faktor klinis dan laboratorium seperti status kinerja, gejala, usia, jenis kelamin, dan berbagai biomarker. Beberapa contoh model prognostik yang umum digunakan termasuk Skor Prognostik Paliatif (Skor PaP), Skala Kinerja Paliatif (PPS), Skor Prognostik Glasgow (GPS), dan model Prognosis dalam Studi Perawatan Paliatif (PiPS). Model ini telah terbukti memiliki akurasi prediksi yang baik dan dapat digunakan di samping tempat tidur untuk membantu pengambilan keputusan pengobatan dan perencanaan perawatan akhir hidup.


Memprediksi kelangsungan hidup pasien yang meninggal karena penyakit selain kanker bisa lebih menantang karena beberapa faktor. Misalnya, banyak penyakit non-kanker memiliki perjalanan klinis yang lebih tidak terduga, dan waktu kematiannya bisa lebih sulit diprediksi. Selain itu, mungkin ada lebih sedikit penelitian yang tersedia tentang riwayat alami penyakit non-kanker, sehingga lebih sulit untuk mengembangkan model prognostik yang andal. Selain itu, penyakit non-kanker mungkin memiliki dampak yang lebih bervariasi pada status fungsional, dan tingkat keparahan gejala dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga lebih sulit untuk menilai prognosis pasien secara akurat. Penyakit non-kanker mungkin juga memiliki kemungkinan hasil yang lebih luas, membuatnya lebih menantang untuk mengembangkan perkiraan prognostik yang akurat. Akhirnya, penyakit non-kanker mungkin memiliki profil gejala dan komorbiditas yang berbeda dari kanker, yang dapat membuat lebih sulit untuk mengidentifikasi faktor prognostik yang paling penting.

 

Mengkomunikasikan prediksi kelangsungan hidup merupakan aspek penting dari perawatan kanker, dan harus dilakukan dengan cara yang sensitif dan empati. Dokter harus mulai dengan mendiskusikan status penyakit dan prognosis pasien, dengan mempertimbangkan nilai dan tujuan perawatan mereka. Dokter juga harus menanyakan tentang pemahaman pasien tentang prognosisnya dan memberikan perkiraan kelangsungan hidup yang akurat dan realistis, dengan mempertimbangkan status klinis pasien dan faktor relevan lainnya. Dokter harus menjelaskan ketidakpastian dan keterbatasan estimasi ketahanan hidup, dan menekankan bahwa prediksi tersebut bukanlah prediksi absolut.

Penting juga untuk mempertimbangkan keadaan emosional dan psikologis pasien saat membahas prediksi kelangsungan hidup. Dokter harus menyadari bias dan asumsi mereka sendiri dan melakukan segala upaya untuk jujur, empatik, dan suportif. Pasien harus diberikan waktu untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan masalah mereka, dan dokter harus siap untuk meninjau kembali topik yang diperlukan selama perjalanan penyakitnya. Melibatkan anggota keluarga pasien dan anggota lain dari tim perawatan juga dapat membantu dalam memberikan dukungan dan mendorong komunikasi terbuka.









 

 

 

 

 

IKA SYAMSUL HUDA MZ, MD, MPH
Dari Sebuah Rintisan Menuju Paripurna
https://palliativecareindonesia.blogspot.com/2019/12/dari-sebuah-rintisan-menuju-paripurna.html

Popular Posts